Minggu, 20 September 2015

Inflasi


Istilah inflasi merupakan istilah yang sudah biasa digunakan di masyarakat, Inflasi biasa diartikan sebagai kenaikan tingkat harga secara umum. Sedangkan laju inflasi adalah tingkat perubahan harga secara umum.
Laju inflasi :

Bagaimana mengukur tingkat harga ? tingkat harga diukur sebagai rata-rata tertimbang dari barang-barang dan jasa dalam perekonomian. Dalam praktiknya kita mengukur tingkat harga keseluruhan dengan membuat indeks harga, yang merupakan rata-rata harga konsumen atau produsen.[1] 
Indeks Harga Konsumen
Di Indonesia inflasi diukur dengan indeks harga konsumen (IHK). IHK mengukur biaya sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Di Indonesia komoditi yang digunakan untuk mengukur inflasi dikelompokan menjadi tujuh, yaitu :
1.      Kelompok bahan makanan
2.      Kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau
3.      Kelompok perumahan
4.      Kelompok Sandang
5.      Kelompok Kesehatan
6.      Kelompok pendidikan dan olahraga
7.      Kelompok Transportasi dan Komunikasi  
Contoh kita asumsikan bahwa hanya terdapat tiga kelompok komoditi yang digunakan yaitu makanan, sandang dan perumahan. Survei menunjukan bahwa konsumen menggunakan 30 % anggaran untuk makanan, 30% untuk sandang dan 40 % untuk perumahan. Dengan menggunakan tahun 2000 sebagai tahun dasar, kita merancang kembali harga setiap komoditi sebesar 100, sehingga perbedaan-perbedaan dalam unit dari komoditi  tidak mempengaruhi indeks harga. Hal ini juga secara langsung menyetakan bahwa IHK juga 100 untuk tahun dasar.
IHK = (0,3 x 100) + (0,3 x 100) + (0,4 x 100) = 100 %
Di tahun 2001, harga-harga makanan meningkat 4 %, harga sandang meningkat 5 %, dan harga perumahan meningkat 3%.
IHK = (0,3 x 104)+(0,3 x 105)+(0,4 x 103) = 103,9 %
Dengan kata lain, inflasi tahun 2001
Rate Of Inflation        = 103,9-100/100 x 100 = 3,9 %
Penyebab Inflasi
            Pembahasan tentang inflasi tidak bisa terlepas dari tingkat harga-harga dan nilai uang. Mengapa ? Misalkan kita mengamati harga telur yang naik selama beberapa periode tertentu.  Pada tahun 1995 harga telur per kilogramnya adalah sekitar Rp. 2250,-. Sedangkan harga telur pada saat ini sekitar Rp. 18.100,-. Artinya setelah dua puluh tahun berlalu orang-orang bersedia untuk memberikan lebih banyak uang untuk membeli telur. Hal ini disebabkan karena nilai uang pada tahun 1995 dibandingkan tahun 2015 jauh berbeda, dengan kata lain pandangan tentang inflasi lebih mengenai nilai uang dari pada nilai barang.
Tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian dapat dilihat dengan dua cara. Sejauh ini, kita telah melihat tingkat harga sebagai harga sekumpulan barang atau jasa. Ketika tingkat harga naik, orang-orang harus membayar lebih untuk barang-barang dan jasa yang mereka beli. Sebagai alternatif,   kita dapat melihat tingkat harga sebagai pengukur nilai uang. Kenaikan uang pada tingkat harga berarti nilai uang lebih rendah karena setiap lembar mata uang pada dompet, Anda sekarang hanya dapat membeli barang dan jasa dengan jumlah yang lebih sedikit.[2]
Kenaikan tingkat harga secara umum atau inflasi bisa disebabkan oleh berbagai alasan, sebagian inflasi timbul dari sisi permintaan, sebagian lainnya  dari sisi penawaran.
·         Inflasi Tarikan Permintaan (Demand-Pull Inflation)
Inflasi tarikan permintaan timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan agregat.
Salah satu teori inflasi tarikan-permintaan yang berpengaruh menyatakan bahwa jumlah uang beredar adalah determinan utama inflasi. Alasan dibalik pendekatan ini adalah bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar meningkatkan permintaan agregat, yang pada gilirannya meningkatkan harga.[3] 

·         Inflasi Dorongan-Biaya (Cost-Push Inflation)
Inflasi dorongan-biaya adalah inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan dan penggunaan sumber daya yang kurang aktif.




[1] Paul A. Samuelson & William D. Nordhaus, 1992, Makro Ekonomi,  Penerbit Erlangga : Jakarta
[2] N. Gregory Mankiw dkk, 2013, Pengantar Ekonomi Makro, Salemba Empat : Jakarta
[3] Ibid, hal 324

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Teori Perdagangan

  Teori Keunggulan Absolut – Adam Smith             Keunggulan absolut (absolute advantage) merujuk pada kemampuan sebuah negara, wilayah,...