Istilah inflasi merupakan istilah yang
sudah biasa digunakan di masyarakat, Inflasi biasa diartikan sebagai kenaikan
tingkat harga secara umum. Sedangkan laju inflasi adalah tingkat perubahan harga
secara umum.
Laju inflasi :
Bagaimana mengukur
tingkat harga ? tingkat harga diukur sebagai rata-rata tertimbang dari
barang-barang dan jasa dalam perekonomian. Dalam praktiknya kita mengukur
tingkat harga keseluruhan dengan membuat indeks harga, yang merupakan rata-rata
harga konsumen atau produsen.[1]
Indeks Harga Konsumen
Di Indonesia inflasi
diukur dengan indeks harga konsumen (IHK). IHK mengukur biaya sekelompok barang
dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Di Indonesia komoditi yang digunakan untuk
mengukur inflasi dikelompokan menjadi tujuh, yaitu :
1. Kelompok bahan makanan
2. Kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau
3. Kelompok perumahan
4. Kelompok Sandang
5. Kelompok Kesehatan
6. Kelompok pendidikan dan olahraga
7. Kelompok Transportasi dan Komunikasi
Contoh kita asumsikan bahwa
hanya terdapat tiga kelompok komoditi yang digunakan yaitu makanan, sandang dan
perumahan. Survei menunjukan bahwa konsumen menggunakan 30 % anggaran untuk
makanan, 30% untuk sandang dan 40 % untuk perumahan. Dengan menggunakan tahun
2000 sebagai tahun dasar, kita merancang kembali harga setiap komoditi sebesar
100, sehingga perbedaan-perbedaan dalam unit dari komoditi tidak mempengaruhi indeks harga. Hal ini juga
secara langsung menyetakan bahwa IHK juga 100 untuk tahun dasar.
IHK = (0,3 x 100) +
(0,3 x 100) + (0,4 x 100) = 100 %
Di tahun 2001,
harga-harga makanan meningkat 4 %, harga sandang meningkat 5 %, dan harga
perumahan meningkat 3%.
IHK = (0,3 x 104)+(0,3
x 105)+(0,4 x 103) = 103,9 %
Dengan kata lain,
inflasi tahun 2001
Rate Of Inflation = 103,9-100/100 x 100 = 3,9 %
Penyebab Inflasi
Pembahasan tentang inflasi tidak bisa terlepas dari
tingkat harga-harga dan nilai uang. Mengapa ? Misalkan kita mengamati harga
telur yang naik selama beberapa periode tertentu. Pada tahun 1995 harga telur per kilogramnya
adalah sekitar Rp. 2250,-. Sedangkan harga telur pada saat ini sekitar Rp.
18.100,-. Artinya setelah dua puluh tahun berlalu orang-orang bersedia untuk
memberikan lebih banyak uang untuk membeli telur. Hal ini disebabkan karena
nilai uang pada tahun 1995 dibandingkan tahun 2015 jauh berbeda, dengan kata
lain pandangan tentang inflasi lebih mengenai nilai uang dari pada nilai
barang.
Tingkat harga
keseluruhan dalam perekonomian dapat dilihat dengan dua cara. Sejauh ini, kita
telah melihat tingkat harga sebagai harga sekumpulan barang atau jasa. Ketika
tingkat harga naik, orang-orang harus membayar lebih untuk barang-barang dan
jasa yang mereka beli. Sebagai alternatif,
kita dapat melihat tingkat harga
sebagai pengukur nilai uang. Kenaikan uang pada tingkat harga berarti nilai
uang lebih rendah karena setiap lembar mata uang pada dompet, Anda sekarang
hanya dapat membeli barang dan jasa dengan jumlah yang lebih sedikit.[2]
Kenaikan tingkat harga
secara umum atau inflasi bisa disebabkan oleh berbagai alasan, sebagian inflasi
timbul dari sisi permintaan, sebagian lainnya
dari sisi penawaran.
·
Inflasi Tarikan
Permintaan (Demand-Pull Inflation)
Inflasi tarikan permintaan timbul apabila permintaan
agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif
perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan
permintaan agregat.
Salah satu teori inflasi tarikan-permintaan yang
berpengaruh menyatakan bahwa jumlah uang beredar adalah determinan utama
inflasi. Alasan dibalik pendekatan ini adalah bahwa pertumbuhan jumlah uang
beredar meningkatkan permintaan agregat, yang pada gilirannya meningkatkan
harga.[3]
·
Inflasi Dorongan-Biaya
(Cost-Push Inflation)
Inflasi dorongan-biaya adalah inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan
biaya selama periode pengangguran tinggi dan dan penggunaan sumber daya yang
kurang aktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar