Teori Keunggulan Absolut – Adam Smith
Keunggulan absolut
(absolute advantage) merujuk pada kemampuan sebuah negara, wilayah, atau
perusahaan untuk menghasilkan barang atau jasa secara lebih efisien daripada
yang lainnya. Dengan demikian, mereka yang memiliki keunggulan ini dapat
memproduksi dengan biaya yang lebih rendah.
Dalam keunggulan absolut yang digagasnya, Adam Smith
mengemukakan arti pentingnya sistem ekonomi liberal, yakni bebas dari keterlibatan
dan campur tangan pemerintah. Menurutnya, pengelolaan perekonomian negara dapat
dilakukan dengan cara melaksanakan persaingan bebas tanpa adanya intervensi
pemerintah. Dengan catatan adanya pembagian kerja dan pengalokasian sumber daya
secara efisien.
Smith memandang kemakmuran rakyat di suatu negara
dapat dicapai melalui produksi dan perdagangan. Untuk menghasilkan kekayaan
yang universal, maka produksi dan perdagangan harus dilakukan secara maksimal.
Sebab itulah, Smith menganjurkan agar pemerintah di
setiap negara memberikan kebebasan ekonomi kepada rakyat untuk melakukan
perdagangan bebas baik dalam lingkup domestik maupun internasional. Dengan
demikian, pertumbuhan ekonomi dapat dicapai melalui pertumbuhan penduduk dan
total output yang dihasilkan.
Total output menggambarkan tingkat produksi barang dan
jasa yang dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya alam, tenaga kerja, dan
persediaan barang. Untuk memaksimalkan pertumbuhan output, maka segala sumber
daya alam yang ada harus dikelola secara efektif dan efisien oleh tenaga kerja
dengan barang modal. Dengan pertumbuhan output yang maksimal akan mampu
menghasilkan keuntungan yang maksimal pula.
Dalam teorinya, Adam Smith mengungkapkan bahwa
keuntungan absolut dapat diperoleh suatu negara apabila berhasil membuat biaya
produksi barang lebih murah dibandingkan dengan negara lain.
Logika
yang dikembangkan, jika biaya produksi antar-negara sama, maka tidak ada alasan
untuk melakukan perdagangan internasional. Atas dasar itulah, Smith
mengemukakan dua ide utama dalam teorinya terkait dengan perdagangan
internasional sebagai berikut.
Spesialisasi
internasional dan efisiensi produksi
Dalam
perdagangan internasional akan selalu ada pihak yang bertindak sebagai
eksportir dan importir. Suatu negara akan mengimpor barang dari negara lain
apabila barang tersebut diproduksi di dalam negeri justru tidak akan efisien
atau kurang menguntungkan. Sebab itulah, suatu negara dapat melakukan
spesialisasi pada produksi barang yang menguntungkan, sehingga dapat diperoleh
keunggulan absolut.
Adanya
pembagian kerja internasional (division of labour)
Pembagian kerja internasional yang dimaksudkan di sini
adalah perpindahan ruang industri pabrikan. Artinya, proses produksi suatu
barang tidak terbatas di suatu negara saja. Menurut pembagian kerja
internasional wilayah terbelakang hanya dijadikan penyuplai mineral dan
komoditas pertanian. Akan tetapi, seiring terintegrasinya negara berkembang
dengan ekonomi dunia, produksi lebih banyak dilakukan di negara-negara tersebut
Dengan
adanya pembagian kerja internasional, suatu negara dapat melakukan proses
produksi barang dengan biaya yang lebih murah dari negara lain. Efisiensi biaya
produksi yang dicapai melalui pembagian kerja internasional dinilai mampu
mendorong perolehan keunggulan absolut di saat negara melakukan perdagangan
internasional.
Bagaimana
realisasi dari teori keunggulan absolut dari Adam Smith ini? Untuk memberikan
gambaran yang lebih jelas, simak contoh studi kasus berikut ini.
Negara |
Hasil kerja
per-satuan output |
Dasar Tukar
Dalam Negari |
|
|
Beras |
Elektronik |
|
Indonesia |
50kg/hari |
50 unit/hari |
1 kg beras = 1
unit elektronik |
Jepang |
20 kg/hari |
80 unit/hari |
1 kg beras = 4
unit elektronik |
Dari tabel di atas tampak bahwa Indonesia lebih unggul
dalam memproduksi beras dibandingkan dengan Jepang. Sebaliknya, Jepang lebih
unggul memproduksi elektronik daripada Indonesia. Berdasarkan data tersebut,
seharusnya Indonesia melakukan spesialisasi pada produk beras, sedangkan Jepang
pada produk elektronik. Jika kedua negara tersebut melakukan perdagangan
internasional, maka masing-masing dapat memperoleh keuntungan.
Untuk Indonesia, diketahui DTD-nya 1 kg beras akan
mendapatkan 1 unit elektronik, sedangkan Jepang 1 kg beras sebanding dengan 4
unit elektronik. Apabila Indonesia menukarkan beras dengan produk elektronik
Jepang, maka akan mendapatkan keuntungan sebesar 3 unit elektronik yang
diperoleh dari 4 unit elektronik dikurangi 1 unit elektronik.
Sementara keuntungan untuk Jepang dengan DTD 1 unit
elektronik sebanding dengan 0,25 kg beras, sedangkan di Indonesia 1 unit
elektronik sebanding dengan 1 kg beras. Jika Jepang melakukan barter dengan
Indonesia, maka akan memperoleh keuntungan sebesar 0,75 kg beras yang diperoleh
dari 1 kg beras dikurangi 0,25 kg beras.
Teori
Keunggulan Komparatif – David Ricardo
david Ricardo memunculkan teori keunggulan komparatif
dalam bukunya Principles of Political Economy and Taxation (1817). Dia
berpendapat bahwa basis produksi dan perdagangan seharusnya bukan pada
keunggulan absolut melainkan pada keunggulan komparatif. Dengan kata lain,
biaya peluang adalah pertimbangan untuk keputusan produksi, bukan biaya per
unit absolut.
Teori keunggulan komparatif David Ricardo lahir dari
adanya kelemahan yang ditemukan pada teori keunggulan absolutnya Adam Smith.
Ricardo mengkritisi teori keunggulan absolut, di mana perdagangan internasional
hanya mungkin dilakukan oleh negara-negara yang mampu melakukan proses produksi
untuk mencapai keuntungan absolut saja. Teori dari Adam Smith tersebut seolah
hanya berlaku bagi negara-negara yang mampu melakukan spesialisasi produksi
barang.
Lantas, bagaimana dengan negara-negara yang mengalami
kerugian absolut, dalam arti tidak mampu melakukan spesialisasi produksi
barang? Apakah negara-negara tersebut tidak bisa atau tidak memiliki kesempatan
sama sekali untuk melakukan perdagangan internasional?
Atas dasar kelemahan-kelemahan itulah, David Ricardo
mengemukakan gagasan baru dalam lingkup perdagangan internasional berupa teori
keunggulan komparatif.
Menurut
Ricardo, negara yang tidak memiliki keunggulan absolut bisa ikut terlibat dalam
perdagangan internasional yang menguntungkan apabila mampu melakukan
spesialisasi produksi barang yang memiliki biaya relatif lebih rendah
dibandingkan negara lain. Sebab, negara yang berhasil memproduksi barang dengan
harga relatif lebih murah memiliki keunggulan komparatif.
Teori keunggulan komparatif ini bisa diterapkan dengan
menggunakan asumsi sebagai berikut.
-
Perdagangan internasional hanya dilakukan
diantara dua negara.
-
Objek barang atau komoditi yang
diperdagangkan hanya ada dua jenis saja.
-
Setiap negara hanya memiliki dua unit
faktor produksi saja.
-
Skala produksi bersifat content return to
scale, yang artinya harga relatif barang-barang komoditas tersebut sama pada
berbagai kondisi produksi.
Berlaku teori nilai tenaga kerja (labor theory of
value) yang menyatakan harga barang sama dengan atau dapat dihitung dari jumlah
jam kerja tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi barang tersebut.
Dari berbagai asumsi tersebut, keunggulan komparatif
terjadi apabila suatu negara mampu melakukan proses produksi barang dengan
biaya tenaga kerja yang lebih murah dibandingkan dengan biaya tenaga kerja di
negara lain.
Contoh studi kasus berikut dapat memberikan gambaran
yang lebih jelas dari penerapan teori keunggulan komparatif dalam lingkup
perdagangan internasional.
Negara |
Hasil kerja
per-satuan output |
Dasar Tukar
Dalam Negari |
|
|
Kain |
Sepatu |
|
Indonesia |
100/hari |
120/hari |
1 kain = 1,2 sepatu (120/100) |
Malaysia |
90/hari |
80 /hari |
1 kain = 0.89
sepatu (80/90) |
Dari data tersebut, Indonesia memiliki keunggulan
absolut atas kain dan sepatu karena dapat menghasilkan unit kain dan sepatu
yang lebih banyak dibandingkan dengan Malaysia. Per jam, Indonesia dapat
menghasilkan 100 kain dan 120 sepatu. Sedangkan, untuk jumlah waktu yang sama,
Malaysia hanya dapat memproduksi 90 kain dan 80 sepatu.
Oleh karena itu, menurut teori keunggulan absolut,
Indonesia dan Malaysia seharusnya tidak berdagang satu sama lain. Indonesia
memiliki keunggulan absolut atas kedua jenis produk.
Tapi, jika kita menggunakan keunggulan komparatif,
kedua negara seharusnya berdagang. Di bawah teori ini, perdagangan keduanya
saling menguntungkan jika masing-masing fokus pada produk yang memiliki biaya
peluang terendah.
Tabel di atas juga mengatakan biaya peluang untuk
memproduksi 1 unit kain di Indonesia sama dengan 1,2 unit sepatu. Sementara
itu, di Malaysia, biaya peluang 1 unit kain sama dengan 0,89 sepatu.
Asumsikan, harga untuk masing-masing produk adalah
sebesar biaya peluang. Oleh karena itu, harga kain di Malaysia lebih murah
dibandingkan dengan Indonesia, karena harga relatifnya terhadap sepatu lebih
rendah.
Berikutnya, kita balik perhitungannya. Mari kita
hitung harga relatif 1 unit sepatu terhadap kain di masing-masing negara.
Berikut ini adalah hasilnya:
Negara |
Dasar Tukar
Dalam Negari |
Indonesia |
1 sepatu = 0.83
kain (100/120) |
Malaysia |
1 sepatu = 1.125
kain (90/80) |
Sebagaimana sebelumnya, asumsikan harga sama dengan
biaya peluang. Di Indonesia, harga 1 unit sepatu sama dengan 0,83 kain; lebih
murah dibandingkan dengan Malaysia, di mana harga 1 unit sepatu sama dengan
1,125 kain.
Menurut teori keunggulan komparatif, perdagangan
antara Indonesia dan Malaysia seharusnya terjadi dan menguntungkan. Secara
komparatif, Indonesia memiliki keunggulan dalam produksi sepatu, sedangkan
Malaysia memiliki keunggulan dalam memproduksi kain. Jadi, Indonesia seharusnya
membeli kain dari Malaysia dan sebaliknya, Malaysia seharusnya membeli sepatu
dari Indonesia.
Perbedaan
antara keunggulan absolut dengan keunggulan komparatif
Keunggulan komparatif datang dari biaya peluang yang
lebih rendah. Biaya peluang adalah manfaat yang hilang ketika kita memilih satu
alternatif terbaik berikutnya.
Misalnya, seorang pekerja dapat menggunakan satu jam
kerja untuk menghasilkan 3 kain atau 6 sepatu. Meski mungkin ada alternatif
lainnya, asumsikan mereka bukanlah alternatif terbaik berikutnya.
Dalam hal ini, ketika dia memilih untuk memproduksi 3
kain, biaya peluang adalah 6 sepatu. Sebaliknya, ketika dia memproduksi 6
sepatu, biaya peluang adalah ½ kain. Sementara itu, keunggulan absolut datang
dari biaya per unit yang lebih rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar