Minggu, 08 Mei 2022

Teori Perdagangan

 Teori Keunggulan Absolut – Adam Smith

            Keunggulan absolut (absolute advantage) merujuk pada kemampuan sebuah negara, wilayah, atau perusahaan untuk menghasilkan barang atau jasa secara lebih efisien daripada yang lainnya. Dengan demikian, mereka yang memiliki keunggulan ini dapat memproduksi dengan biaya yang lebih rendah.

Dalam keunggulan absolut yang digagasnya, Adam Smith mengemukakan arti pentingnya sistem ekonomi liberal, yakni bebas dari keterlibatan dan campur tangan pemerintah. Menurutnya, pengelolaan perekonomian negara dapat dilakukan dengan cara melaksanakan persaingan bebas tanpa adanya intervensi pemerintah. Dengan catatan adanya pembagian kerja dan pengalokasian sumber daya secara efisien.

Smith memandang kemakmuran rakyat di suatu negara dapat dicapai melalui produksi dan perdagangan. Untuk menghasilkan kekayaan yang universal, maka produksi dan perdagangan harus dilakukan secara maksimal.

Sebab itulah, Smith menganjurkan agar pemerintah di setiap negara memberikan kebebasan ekonomi kepada rakyat untuk melakukan perdagangan bebas baik dalam lingkup domestik maupun internasional. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi dapat dicapai melalui pertumbuhan penduduk dan total output yang dihasilkan.

Total output menggambarkan tingkat produksi barang dan jasa yang dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya alam, tenaga kerja, dan persediaan barang. Untuk memaksimalkan pertumbuhan output, maka segala sumber daya alam yang ada harus dikelola secara efektif dan efisien oleh tenaga kerja dengan barang modal. Dengan pertumbuhan output yang maksimal akan mampu menghasilkan keuntungan yang maksimal pula.

Dalam teorinya, Adam Smith mengungkapkan bahwa keuntungan absolut dapat diperoleh suatu negara apabila berhasil membuat biaya produksi barang lebih murah dibandingkan dengan negara lain.

Logika yang dikembangkan, jika biaya produksi antar-negara sama, maka tidak ada alasan untuk melakukan perdagangan internasional. Atas dasar itulah, Smith mengemukakan dua ide utama dalam teorinya terkait dengan perdagangan internasional sebagai berikut.

Spesialisasi internasional dan efisiensi produksi

Dalam perdagangan internasional akan selalu ada pihak yang bertindak sebagai eksportir dan importir. Suatu negara akan mengimpor barang dari negara lain apabila barang tersebut diproduksi di dalam negeri justru tidak akan efisien atau kurang menguntungkan. Sebab itulah, suatu negara dapat melakukan spesialisasi pada produksi barang yang menguntungkan, sehingga dapat diperoleh keunggulan absolut.

 

 

Adanya pembagian kerja internasional (division of labour)

Pembagian kerja internasional yang dimaksudkan di sini adalah perpindahan ruang industri pabrikan. Artinya, proses produksi suatu barang tidak terbatas di suatu negara saja. Menurut pembagian kerja internasional wilayah terbelakang hanya dijadikan penyuplai mineral dan komoditas pertanian. Akan tetapi, seiring terintegrasinya negara berkembang dengan ekonomi dunia, produksi lebih banyak dilakukan di negara-negara tersebut

Dengan adanya pembagian kerja internasional, suatu negara dapat melakukan proses produksi barang dengan biaya yang lebih murah dari negara lain. Efisiensi biaya produksi yang dicapai melalui pembagian kerja internasional dinilai mampu mendorong perolehan keunggulan absolut di saat negara melakukan perdagangan internasional.

Bagaimana realisasi dari teori keunggulan absolut dari Adam Smith ini? Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, simak contoh studi kasus berikut ini.

Negara

Hasil kerja per-satuan output

Dasar Tukar Dalam Negari

 

Beras

Elektronik

 

Indonesia

50kg/hari

50 unit/hari

1 kg beras = 1 unit elektronik

Jepang

20 kg/hari

80 unit/hari

1 kg beras = 4 unit elektronik

 

Dari tabel di atas tampak bahwa Indonesia lebih unggul dalam memproduksi beras dibandingkan dengan Jepang. Sebaliknya, Jepang lebih unggul memproduksi elektronik daripada Indonesia. Berdasarkan data tersebut, seharusnya Indonesia melakukan spesialisasi pada produk beras, sedangkan Jepang pada produk elektronik. Jika kedua negara tersebut melakukan perdagangan internasional, maka masing-masing dapat memperoleh keuntungan.

Untuk Indonesia, diketahui DTD-nya 1 kg beras akan mendapatkan 1 unit elektronik, sedangkan Jepang 1 kg beras sebanding dengan 4 unit elektronik. Apabila Indonesia menukarkan beras dengan produk elektronik Jepang, maka akan mendapatkan keuntungan sebesar 3 unit elektronik yang diperoleh dari 4 unit elektronik dikurangi 1 unit elektronik.

Sementara keuntungan untuk Jepang dengan DTD 1 unit elektronik sebanding dengan 0,25 kg beras, sedangkan di Indonesia 1 unit elektronik sebanding dengan 1 kg beras. Jika Jepang melakukan barter dengan Indonesia, maka akan memperoleh keuntungan sebesar 0,75 kg beras yang diperoleh dari 1 kg beras dikurangi 0,25 kg beras.

Teori Keunggulan Komparatif – David Ricardo

david Ricardo memunculkan teori keunggulan komparatif dalam bukunya Principles of Political Economy and Taxation (1817). Dia berpendapat bahwa basis produksi dan perdagangan seharusnya bukan pada keunggulan absolut melainkan pada keunggulan komparatif. Dengan kata lain, biaya peluang adalah pertimbangan untuk keputusan produksi, bukan biaya per unit absolut.

Teori keunggulan komparatif David Ricardo lahir dari adanya kelemahan yang ditemukan pada teori keunggulan absolutnya Adam Smith. Ricardo mengkritisi teori keunggulan absolut, di mana perdagangan internasional hanya mungkin dilakukan oleh negara-negara yang mampu melakukan proses produksi untuk mencapai keuntungan absolut saja. Teori dari Adam Smith tersebut seolah hanya berlaku bagi negara-negara yang mampu melakukan spesialisasi produksi barang.

 

Lantas, bagaimana dengan negara-negara yang mengalami kerugian absolut, dalam arti tidak mampu melakukan spesialisasi produksi barang? Apakah negara-negara tersebut tidak bisa atau tidak memiliki kesempatan sama sekali untuk melakukan perdagangan internasional?

Atas dasar kelemahan-kelemahan itulah, David Ricardo mengemukakan gagasan baru dalam lingkup perdagangan internasional berupa teori keunggulan komparatif.

 Menurut Ricardo, negara yang tidak memiliki keunggulan absolut bisa ikut terlibat dalam perdagangan internasional yang menguntungkan apabila mampu melakukan spesialisasi produksi barang yang memiliki biaya relatif lebih rendah dibandingkan negara lain. Sebab, negara yang berhasil memproduksi barang dengan harga relatif lebih murah memiliki keunggulan komparatif.

Teori keunggulan komparatif ini bisa diterapkan dengan menggunakan asumsi sebagai berikut.

-          Perdagangan internasional hanya dilakukan diantara dua negara.

-          Objek barang atau komoditi yang diperdagangkan hanya ada dua jenis saja.

-          Setiap negara hanya memiliki dua unit faktor produksi saja.

-          Skala produksi bersifat content return to scale, yang artinya harga relatif barang-barang komoditas tersebut sama pada berbagai kondisi produksi.

Berlaku teori nilai tenaga kerja (labor theory of value) yang menyatakan harga barang sama dengan atau dapat dihitung dari jumlah jam kerja tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi barang tersebut.

Dari berbagai asumsi tersebut, keunggulan komparatif terjadi apabila suatu negara mampu melakukan proses produksi barang dengan biaya tenaga kerja yang lebih murah dibandingkan dengan biaya tenaga kerja di negara lain.

Contoh studi kasus berikut dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dari penerapan teori keunggulan komparatif dalam lingkup perdagangan internasional.

Negara

Hasil kerja per-satuan output

Dasar Tukar Dalam Negari

 

Kain

Sepatu

 

Indonesia

100/hari

120/hari

1 kain  = 1,2 sepatu (120/100)

Malaysia

90/hari

80 /hari

1 kain = 0.89 sepatu (80/90)

Dari data tersebut, Indonesia memiliki keunggulan absolut atas kain dan sepatu karena dapat menghasilkan unit kain dan sepatu yang lebih banyak dibandingkan dengan Malaysia. Per jam, Indonesia dapat menghasilkan 100 kain dan 120 sepatu. Sedangkan, untuk jumlah waktu yang sama, Malaysia hanya dapat memproduksi 90 kain dan 80 sepatu.

Oleh karena itu, menurut teori keunggulan absolut, Indonesia dan Malaysia seharusnya tidak berdagang satu sama lain. Indonesia memiliki keunggulan absolut atas kedua jenis produk.

Tapi, jika kita menggunakan keunggulan komparatif, kedua negara seharusnya berdagang. Di bawah teori ini, perdagangan keduanya saling menguntungkan jika masing-masing fokus pada produk yang memiliki biaya peluang terendah.

Tabel di atas juga mengatakan biaya peluang untuk memproduksi 1 unit kain di Indonesia sama dengan 1,2 unit sepatu. Sementara itu, di Malaysia, biaya peluang 1 unit kain sama dengan 0,89 sepatu.

Asumsikan, harga untuk masing-masing produk adalah sebesar biaya peluang. Oleh karena itu, harga kain di Malaysia lebih murah dibandingkan dengan Indonesia, karena harga relatifnya terhadap sepatu lebih rendah.

Berikutnya, kita balik perhitungannya. Mari kita hitung harga relatif 1 unit sepatu terhadap kain di masing-masing negara. Berikut ini adalah hasilnya:

Negara

Dasar Tukar Dalam Negari

Indonesia

1 sepatu = 0.83 kain (100/120)

Malaysia

1 sepatu = 1.125 kain (90/80)

 

Sebagaimana sebelumnya, asumsikan harga sama dengan biaya peluang. Di Indonesia, harga 1 unit sepatu sama dengan 0,83 kain; lebih murah dibandingkan dengan Malaysia, di mana harga 1 unit sepatu sama dengan 1,125 kain.

Menurut teori keunggulan komparatif, perdagangan antara Indonesia dan Malaysia seharusnya terjadi dan menguntungkan. Secara komparatif, Indonesia memiliki keunggulan dalam produksi sepatu, sedangkan Malaysia memiliki keunggulan dalam memproduksi kain. Jadi, Indonesia seharusnya membeli kain dari Malaysia dan sebaliknya, Malaysia seharusnya membeli sepatu dari Indonesia.

Perbedaan antara keunggulan absolut dengan keunggulan komparatif

Keunggulan komparatif datang dari biaya peluang yang lebih rendah. Biaya peluang adalah manfaat yang hilang ketika kita memilih satu alternatif terbaik berikutnya.

Misalnya, seorang pekerja dapat menggunakan satu jam kerja untuk menghasilkan 3 kain atau 6 sepatu. Meski mungkin ada alternatif lainnya, asumsikan mereka bukanlah alternatif terbaik berikutnya.

Dalam hal ini, ketika dia memilih untuk memproduksi 3 kain, biaya peluang adalah 6 sepatu. Sebaliknya, ketika dia memproduksi 6 sepatu, biaya peluang adalah ½ kain. Sementara itu, keunggulan absolut datang dari biaya per unit yang lebih rendah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Teori Perdagangan

  Teori Keunggulan Absolut – Adam Smith             Keunggulan absolut (absolute advantage) merujuk pada kemampuan sebuah negara, wilayah,...